26.6.11

Kimia Farma (Persero) Tbk.


I. DESKRIPSI SINGKAT PERUSAHAAN


a. Sejarah

PT Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah perusahaan public yang bergerak di bidang industri farmasi. Cikal bakal Kimia Farma adalah perusahaan Industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhineka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hokum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas. Dan nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero). Pada tanggal 4 Juli 2001, Kimia Farma kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik— PT Kimia Farma (Persero) Tbk.

b. Visi dan Misi Perusahaan
Visi : Komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan, dan   lingkungan.
Misi :    • Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan     penelitian dan     pengembangan produk yang inovatif.
• Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu yang berbasis  jaringan distribusi dan jaringan apotek.
• Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan  mengembangkan     sistem informasi perusahaan   

c.  Bidang dan Kegiatan Usaha
Kimia Farma memiliki bidang usaha utama, yaitu industri yang didukung oleh riset dan pengembangan, pemasaran, distribusi dan retail.



d. Perusahaan
1. PT Kimia Farma (Persero) Tbk. (Holding)
Melakukan tugas
  1. Industri
  2. Riset dan Pengembangan,

Anak Perusahaan
1. PT Kimia Farma Trading & Distribution
Tugas utama PT Kimia Farma Trading & Distribution adalah mendistribusikan produk-produk Kimia Farma ke saluran-saluran yang tersebar di seluruh nusantara.
2. PT Kimia Farma Apotek
Kimia Farma Apotek memberi layanan prima atas retail farmasi serta solusi jasa layanan kefarmasian untuk semua masyarakat Indonesia.



II. STRATEGI PERUSAHAAN
PT Kimia Farma Tbk saat ini adalah sebuah perusahaan yang mempertahankan posisinya sebagai Indusri Farmasi Nasional yang memiliki market share paling besar di Indonesia
  1. Level Corporate  : Related Diversifikasi
Integrasi ke depan
Strategi integrasi ke depan adalah strategi yang dijalankan dengan meraih kendali atas jalur distribusi, mulai dari distributor hingga retailer. Wujud dari kendali atas jalur distribusi adalah mendirikan sendiri jalur distribusi, memperoleh kepemilikan atas jalur distribusi, atau memperoleh kendali. Semakin meningkatnya jumlah manufaktur, atau dalam hal ini pemasok menyebabkan semakin meningkatnya penggunaan strategi integrasi ke depan oleh manufaktur. E-commerce, franchise, factory outlet adalah bentuk pengembangan strategi integrasi ke depan
Implementasi strategi corporate
1. Adanya program penjualan produk Kimia Farma di apotek-apotek Jaringan Kimia Farma
2. Pembukaan peluang investasi bagi para investor dari bisnis Apotek Kimia Farma dengan sistem waralaba.

  1. Level Unit Bisnis
Strategi diferensiasi memproduksi produk yang lebih luas untuk menyesuaikan kebutuhan kelompok pelanggan yang berbeda-beda. Tingkat persaingan antar perusahaan berdasarkan pada pengembangan produk yang baru dan inovatif.  Oleh karena itu perusahaan yang menerapkan strategi diferensiasi kemungkinan besar mengadopsi struktur yang lebih kompleks (complex structure). Tetapi untuk bidang industri atau produksi sebaiknya menggunakan strategi low cost karena menggunakan prinsip efisiensi biaya produksi untuk produk yang sudah exist.


III. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur yang digunakan untuk Corporate level adalah Bisnis Unit.
Struktur organisasi yang digunakan untuk Unit bisnis adalah functional Organization. Ini karena setiap manajer bertanggung jawab dengan keahlian di bidangnya
 
























IV.PERENCANAAN STRATEGIS
 Dalam penggunaan transfer pricing lebih flexible sesuai dengan harga pasar
Keterlibatan unit bisnis untuk membantu perencanaan strategis
a. Perluasan cakupan outlet dalam rangka meningkatkan penjualan.
b. Melakukan pengembangan produk, baik secara formulasi maupun kemasan dan peluncuran  produk baru.
c. Melakukan kegiatan pemasaran yang lebih terencana dan lebih agresif (Integrated Marketing Communication/IMC).
d. Mengembangkan kemampuan tenaga-tenaga pemasaran melalui pelatihan dan perencanaan yang solid.
e. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan Distribusi dan Retail.
f. Meningkatkan kinerja dan produktivitas tenaga pemasar dengan sistem insentif yang menarik.

                                
V. PENILAIAN KINERJA

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari EVA menurut Siddharta (1997:176-177) adalah :

1. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan keputusan pemegang saham.

2. Dengan EVA para manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembalian dan meminimalkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.

3. EVA membuat manajer memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan mengevaluasi kinerja berdasar kriteria memaksimumkan nilai perusahaan.

4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikansikan kegiatan atau praktek yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari pada biaya modal.

5. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan struktur modal.
Metode EVA ini juga menyoalkan agar para manager bertindak dari titik pandang pemilik perusahaan karena berdasarkan suatu penelitian tentang EVA oleh Kenneth Lehn dan Anill K Makhija sebagai berikut (Lehn, Makhija, 1996 :34-38):
1. EVA berkorelasi positif dengan tingkat pengembalian investasi dalam saham.
Dengan demikian para pemegang saham akan memperoleh penghasilan yang lebih besar bila EVA perusahaan milik mereka meningkat.


2. EVA berkorelasi negatif dengan tingkat perputaran pimpinan eksekutif perusahaan. Data-data menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki EVA di bawah median industri memiliki tingkat perputaran sebesar 19,3% sedangkan perusahaan-perusahaan yang memiliki EVA diatas median industri hanya memiliki tingkat perputaran sebesar
9%, sehingga layaklah jika para pimpinan eksekutif perusahaan berlomba-lomba meningkatkan EVA untuk menyelamatkan posisi mereka yang umumnya disertai dengan gaji
yang menggiurkan.

3. EVA membantu para manajemen puncak perusahaan untuk memfokuskan kegiatan usaha mereka, yaitu memperoleh EVA setinggi mungkin agar para pemegang saham mendapatkan penghasilan yang maksimal. Fokus ini sangat membantu mengurangi konflik yang umum terjadi antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan.

Dengan demikian konsep EVA mampu mendorong manajer untuk memaksimumkan EVA jika ingin meningkatkan nilai perusahaan.
Selain itu sebagai pengukur kinerja perusahaan, EVA juga secara langsung menunjukkan seberapa besar perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal, hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya kesadaran manajer bahwa tugasnya adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta meningkatkan nilai pemegang saham dan bukannya untuk mencapai tujuan lain.

V. KOMPENSASI
Untuk corporate level dilihat
a. penilaian kinerja masing masing unit bisnis yang dipimpinnya
b. penentuan bonus menggunakan keuntungan dari kineja corporate
c. dengan melihat tingginya tanggung jawab dan kebebasan berpikir maka diberikan fasilitas non financial
d. pemberian kompensasi dilakukan tiap jangka waktu 1tahun










Tidak ada komentar:

Posting Komentar